Beranda | Artikel
Bahaya Pinjaman Online (Pinjol)
Senin, 2 September 2024

Salah satu kenyataan yang diakui oleh manusia adalah bahwa dunia ini penuh dengan berbagai ujian dan cobaan, yang datang dalam berbagai bentuk. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ

Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan…” (QS. Al-Baqarah: 155)

Ujian-ujian ini tidak membedakan antara seorang muslim dan nonmuslim. Akan tetapi, seorang muslim melihat cobaan ini dengan perspektif yang berbeda, yang dapat meringankan beban kesedihan, bahkan membawanya pada tingkat rida, suatu derajat yang tinggi yang hanya Allah berikan kepada hamba-Nya yang terpilih. [1]

Takwa adalah sikap seorang muslim saat tertimpa musibah

Betapa agungnya sebuah prinsip ini yang menunjukkan kita jalan keluar dari musibah dan kesulitan yang kita hadapi. Sesungguhnya jalan keluar itu adalah takwa kepada Allah, sebagaimana firman-Nya Ta’ala,

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجَاً

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya.

Jalan keluar dari kesempitan dan kesulitan di dunia dan akhirat, serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka oleh manusia.

Takwa berasal dari kata “wiqayah”, yang berarti menjaga sesuatu dari hal-hal yang merusak dan menyakitinya, serta menjadikan diri seseorang dalam perlindungan dari apa yang ditakutinya. Maka, takwa adalah menjaga diri dari hal-hal yang mendatangkan dosa, dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan.

Takwa kepada Allah adalah sebab terlepasnya dari kesulitan dan musibah. Takwa juga akan menambah iman dan keyakinan seseorang kepada Allah Ta’ala. Ibnu Atha’ berkata,

على قدر قربهم من التقوى أدركوا من اليقين

Sejauh mana mereka dekat dengan takwa, sejauh itulah mereka meraih keyakinan.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ أكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Dan orang yang benar-benar mulia adalah yang mulia di sisi Allah Ta’ala. Timbangan yang benar untuk mengukur nilai seseorang adalah timbangan takwa, timbangan hubungan dengan Allah, mengingat-Nya, dan bertakwa kepada-Nya. [2]

Bahaya riba dalam pinjaman online

Pinjaman [3] online, yang melibatkan riba, merupakan salah satu bentuk transaksi yang dilarang dalam Islam. Riba merupakan pendapatan yang kotor, terlarang, dan penuh malapetaka.

Selain itu, riba membawa kerugian dalam agama dan dunia, baik di masa kini maupun masa depan, bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya, membantu, atau merestuinya dalam bentuk apapun, baik dengan mengambil atau memberi, menulis atau menjadi saksi, atau cara lain apa pun yang mendukung dan membantu transaksi yang batil dan zalim ini. Transaksi yang sejatinya adalah bentuk perlawanan dan peperangan terhadap Allah dan Rasul-Nya serta penindasan yang kejam terhadap manusia. Transaksi ini bergantung pada dosa dan permusuhan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Ma’idah: 2)

Maka, tidak diragukan lagi bahwa transaksi seperti ini membawa banyak kerugian besar dan kehancuran, serta konsekuensinya yang berat dan menyakitkan, baik bagi individu maupun masyarakat yang berpartisipasi di dalamnya, dan juga bagi masyarakat yang mampu mengubah keburukan tersebut tetapi tidak mengingkarinya, tidak berusaha untuk mengubah atau menguranginya. Bahaya ini adalah sesuatu yang pasti terjadi, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Peringatan mengenai bahaya ini telah disampaikan dalam Al-Qur’an, dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah merincinya dalam banyak hadis, sebagai penyampaian wahyu dari Allah Ta’ala. Orang-orang telah menyaksikan bukti-buktinya dan dampaknya yang nyata dalam diri mereka dan di sekitar mereka. Di antara bahaya tersebut adalah:

Pertama: Penghilangan berkah dari umur dan penghasilan

Allah Ta’ala berfirman,

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا

Allah memusnahkan riba.” (QS. Al-Baqarah: 276)

Ayat ini merupakan peringatan yang jelas tentang akibat buruk dari riba bagi pelakunya dari segala aspek. Allah mungkin menimpakan berbagai sebab yang membawa kekurangan dan kerusakan, seperti tenggelam, kebakaran, pencurian, atau aturan yang zalim yang mengambil harta darinya dengan paksa dan kehinaan. Allah juga mungkin menghilangkan hartanya sepenuhnya sehingga tidak tersisa sedikit pun.

Kedua: Kehilangan nikmat yang baik

Allah Ta’ala berfirman,

فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا  وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik yang (sebelumnya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka siksa yang pedih.” (QS. An-Nisa: 160-161)

Dalam ayat yang mulia ini disebutkan secara jelas bahwa mengambil riba dan memakan harta orang lain dengan cara yang batil adalah salah satu penyebab Allah mengharamkan nikmat yang baik-baik atas orang Yahudi. Pengharaman ini bersifat qadari (ketetapan) dan syar’i (hukum), dan siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka. Orang-orang yang menyerupai Yahudi dalam mengambil riba dan memakan harta orang lain dengan cara yang batil telah menempatkan diri mereka dalam bahaya untuk menerima hukuman yang sama seperti yang Allah timpakan kepada Yahudi.

Betapa banyak orang kaya di zaman ini yang hidupnya penuh dengan kesulitan, kekurangan, dan keadaan yang buruk karena rasa cemas, takut, kikir, dan gelisah yang mereka alami! [4]

Ketiga: Mereka adalah musuh Allah dan Rasul-Nya

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ  فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ

“‌Wahai ‌orang-orang‌ ‌yang‌ ‌beriman,‌ ‌bertakwalah‌ ‌kepada‌ ‌Allah‌ ‌dan‌ ‌tinggalkanlah‌ ‌sisa-sisa‌ ‌riba‌ ‌(yang‌ ‌belum‌ ‌dipungut)‌ ‌jika‌ ‌kalian‌ ‌memang‌ ‌orang-orang‌ ‌yang‌ ‌beriman. Jika‌ ‌kalian‌ ‌tidak‌ ‌melakukannya,‌ ‌maka‌ ‌ketahuilah‌ ‌bahwa‌ ‌kalian‌ ‌akan‌ ‌dihadapkan‌ ‌pada‌ ‌perang‌ ‌dari‌ ‌Allah‌ ‌dan‌ ‌Rasul-Nya.‌ ‌Dan‌ ‌jika‌ ‌kalian‌ ‌bertobat,‌ ‌maka‌ ‌kalian‌ ‌akan‌ ‌mendapatkan‌ ‌modal‌ ‌pokok‌ ‌kalian‌ ‌tanpa‌ ‌kalian‌ ‌diperlakukan‌ ‌dengan‌ ‌zalim‌ ‌dan‌ ‌tanpa‌ ‌kalian‌ ‌zalim‌ ‌kepada‌ ‌orang‌ ‌lain.”‌ (QS. Al-Baqarah: 278-279)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah mengatakan tentang ayat tersebut, “Kemudian Allah Ta’ala mengarahkan pembicaraan kepada orang-orang yang beriman dan memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada-Nya serta meninggalkan sisa-sisa transaksi riba yang mereka lakukan sebelumnya. Jika mereka tidak melakukannya, maka mereka adalah musuh Allah dan Rasul-Nya. Ini merupakan salah satu bukti terbesar yang menunjukkan betapa buruknya riba, di mana orang yang tetap melakukannya dianggap sebagai musuh Allah dan Rasul-Nya.” [5]

Baca juga: Tipu Daya Judi Slot dan Pinjol

Mencari solusi yang halal saat butuh uang

Seseorang yang memerlukan uang dengan segera harus memperbesar usahanya dalam mencari rezeki dari Allah Ta’ala dan berusaha dengan cara-cara yang telah dihalalkan oleh Allah.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an menyebutkan balasan bagi orang yang bertakwa, termasuk juga bertakwa dalam mencari uang,

وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Dan memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Syekh As-Sa’diy rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat lain, Allah menyebutkan cara-cara yang dapat digunakan untuk memperoleh rezeki-Nya, seperti dalam firman-Nya,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * ‌وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Dia akan memberinya jalan keluar dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dia cukup baginya.” (QS. At-Talaq: 1-3)

Oleh karena itu, hamba hendaknya hanya meminta rezeki dari Allah dan berusaha dengan cara-cara yang Allah mudahkan dan halalkan. [6]

Beberapa cara yang halal untuk mendapatkan rezeki:

Pertama: Tawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

لَوْ أنَّكُم تَوكَّلُونَ على اللهِ حَق تَوكُّلهِ لَرَزقكُمَ كَما يَرزُقُ الطَّيرَ، تَغدُو خِماصًا، وتَروحُ بِطانًا

Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung, pagi hari dalam keadaan perut kosong, dan sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban dalam “Shahih“-nya, serta Al-Hakim, dan Tirmidzi mengatakan, “Hasan sahih.”)

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadis ini merupakan pokok dalam tawakal dan merupakan salah satu sebab terbesar untuk mendapatkan rezeki. …

Tawakal yang benar adalah ketulusan hati dalam bergantung kepada Allah Ta’ala untuk memperoleh kebaikan dan menjauhi bahaya dari urusan dunia dan akhirat, serta meyakini bahwa tidak ada yang memberi, menahan, membahayakan, atau memberi manfaat, kecuali Allah.” [7]

Cara ini termasuk cara yang paling ampuh untuk mendapatkan uang bagi orang yang terdesak, namun banyak orang yang mengabaikannya. Wallahu a’lam.

Kedua: Silaturahmi

Di antara cara lain adalah silaturahmi (menyambung kekerabatan), misalkan mengunjungi orang tua, atau kerabat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن سَرَّهُ أنْ يُبْسَطَ له في رِزْقِهِ، أوْ يُنْسَأَ له في أثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barangsiapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya dipanjangkan, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari no. 2067)

Ketiga: Menjual barang yang mudah dijual-belikan

Salah satu cara untuk mendapatkan uang dengan segera adalah menjual barang yang mudah dipasarkan dan memiliki nilai jual tinggi. Barang-barang seperti pakaian, makanan, atau barang elektronik biasanya cepat laku di pasaran. Menjual barang-barang ini dapat memberikan penghasilan tambahan dalam waktu singkat, terutama jika barang tersebut masih dalam kondisi baik dan dibutuhkan oleh banyak orang.

Keempat: Meminjam uang dari keluarga atau teman

Meminjam uang dari keluarga atau teman bisa menjadi solusi cepat dalam kondisi mendesak. Namun, ada adab dan etika yang harus diperhatikan saat meminjam uang. Di antaranya adalah meminta izin dengan baik, menjelaskan kondisi keuangan yang sebenarnya, tidak berbohong atau melebih-lebihkan, berkomitmen untuk mengembalikan pinjaman tepat waktu, dan mencatatnya dengan baik. Meminjam dengan cara yang baik akan menjaga hubungan baik dan tidak menimbulkan perselisihan di kemudian hari.

Kelima: Meminta-minta yang diizinkan oleh syariat

Hukum asal meminta-minta tanpa keperluan mendesak adalah diharamkan, berdasarkan banyak hadis, di antaranya:

مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ

Barangsiapa yang meminta tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api.” (HR. Ahmad dan selainnya, disahihkan Al-Albani)

Namun demikian, syariat mengizinkan seseorang (dengan kriteria tertentu) untuk meminta-minta kepada orang lain. Di antaranya adalah seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. [8]

Keenam: Doa

Doa adalah salah satu kunci utama dalam mendapatkan rezeki. Doa adalah pintu bagi segala sesuatu yang tertutup dan jalan untuk mempermudah segala urusan yang sulit. Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan bagimu.’” (QS. Ghafir: 60)

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kelapangan dalam rezeki, berkah dalam umur, harta, dan anak-anak, serta anugerahkanlah kami syukur atas nikmat-Mu, ibadah yang baik, dan kemenangan di surga-Mu, wahai Tuhan yang Maha Pengasih. [9]

Demikian, semoga selawat dan salam senantiasa tercurah bagi Nabi Muhammad, keluarga, dan pengikut beliau.

Baca juga: Bahaya Memakan Harta Riba

***

15 Safar 1446 H, Rumdin Ponpes Ibnu Abbas Assalafy Sragen.

Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab


Artikel asli: https://muslim.or.id/97416-bahaya-pinjam-online-pinjol.html